PERUBAHAN
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI INDONESIA PADA MASA KOLONIAL
1. Kebijakan
Pemerintah Kolonial Dalam Bidang Keagamaan Dan Dampaknya Terhadap Hubungan
Antar Masyarakat Dan Masyarakat Dengan Negara
Peranan
agama Islam di Indonesia pada abad ke-19 sangat penting. Akan tetapi praktik
agama Islam pada masa itu bercampur dengan unsur-unsur non Islam, seperti
mistik, kekuatan magis dan pola tradisional yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam murni. Hal ini mengakibatkan Islam mengalami kemunduran.
Kemudian
agama Islam yang demikian menyebabkan munculnya gerakan Wahabi yang mengkeritik
kemunduran Islam dengan menganjurkan supaya kembali kepada ajaran Islam murni
dengan sesuai Al-qur`an dan Hadist.
Upaya
pemurnian pelaksanaan Islam berkembang pesat di Indonesia. Pengaruh lingkungan
kehidupan Islam pada rakyat pedesaan cukup besar. Pengaruh itu terutama dalam
mengadakan reaksi terhadap pemerintah Kolonial, mereka memandang pemerintah
kolonial dan pengikutnya sebagai lawannya.
Kekuatan
yang ada dalam lingkungan muslim terpusat pada ajaran Jihad atau perang Sabil
yang terbina dalam pesantren dan ajaran tarekat. Kyai menjadi tokoh pemimpin
yang berpengaruh dalam pergerakan masa. Bentuk perlawanan dari orang Islam
antara lain, perang padri, perang aceh, dan etong gendut.
Hal
tersebut dijadikan alasan pemerintah kolonial dalam menganggap Islam sebagai
gerakkan anti Belanda. Pemerintah kolonial menganggap gerakan Islam selalu
membahayakan pemerintah, misalnya : Perlawanan terekat Naqsyahbandiah dan
Qadiriyah di Banten ( 1880-an ) dan gerakan Budiah yang di pimpin H.Muhammad
Rifangi di Pengalongan.
Strategi
yang digunakan pemerintah kolonial adalah melakukan adu domba antara penguasa
pribumi dengan pimpinan agama ( Ulama ). Hal ini disebabkan karna lembaga tersebut
terdiri atas orang yang berusaha membersihkan Indonesia dari penjajah.
2. Kedudukan
Dan Peran Perempuan Dalam Kehidupan Masyarakat
Kedudukan
peran perempuan Indonesia agak terpinggirkan sejak sebelum masuknya bangsa
Eropa. Adat istiadat yang mengekang, kurangnya pendidikan dan pengajaran
kesewenangan dalam perkawinan dan sebagainya. Telah menyebabkan kedudukan
perempuan semakin terpinggirkan.
Sejak
abad-19 pembeharuan di Indonesia berakibat timbulnya perubahan dalam
masyarakat. Kemajuan pendidikan membawa paham baru dari Eropa yang selanjutnya
akan menyadarkan bangsa Indonesia kesamaan antar bangsa, kesamaan hak dan
kedudukan laki-laki dan perempuan.
Gagasan
tentang kemajuan itu juga muncul pada diri R.A Kartini ( 1879-1904 ). Raden
Ajeng (RA) Kartini, pelopor gerakan emansipasi menyerukan agar wanita Indonesia
diberi pendidikan. Buku “ Habis Gelap Terbitlah Terang” yang ditulis pada tahun
1899 yang berisi kehidupan keluarga, adat istiadat, keterbelakangan wanita,
cita-cita, terhadap kebahagiaan bangsanya.
Pada
tahun 1920 mulai muncul perkumpulan wanita yang bersifat kegiatan sosial dan
kemasyarakatan yang lebih luas dari pada perkumpulan wanita yang sebelumnya. Di
Minahasa didirikan Vrovwen Vereeningi, sedangkan di Yogyakarta didirikan
perkumpulan wanita Utomo. Corak kebangsaan sudah mulai masuk dan besar
pengaruhnya dalam pergerakan wanita setelah tahun 1920.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar